MAKALAH
MATEMATIKA EKONOMI
‘’Fungsi
Linier’’
Oleh
:
Kelompok 1
1. Muhammad
Yusuful Hamdani
2. Mustika
3. Nita
Septin Andriana
4. Zulhijjah
5. Erlin
Sulisdiani
PROGAM STUDI
PERBANKAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM (STEI)
HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2017/2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Matematika Ekonomi dan Bisnis dengan materi “FUNGSI LINEAR”.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT selalu meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Wanasaba, 07 Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL--------------------------------------------------------------------------------- i
KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------------------------- iii
BAB I PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------- 2
A.
Latar Belakang---------------------------------------------------------------------- 2
B.
Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------- 2
C.
Tujuan Penulisan--------------------------------------------------------------------- 3
D.
Manfaat------------------------------------------------------------------------------ 3
BAB
II PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------------------- 4
A. FUNGSI
LINIER------------------------------------------------------------------------------- 4
1.
Pengertian
fungsi Linier------------------------------------------------------------ 4
2. Membuat
kurva fungsi linier------------------------------------------------------- 5
3. Bentuk
Kurva Suatu Fungsi------------------------------------------------------- 6
4. Gradien
dan Persamaan garis lurus------------------------------------------------ 7
5. Hubungan
dua garis lurus---------------------------------------------------------- 8
B. PENERAPAN
FUNGSI LINIER --------------------------------------------------------- 9
1.
Penerapan Fungsi Linier Pada Fungsi Permintaan (Demand Function)---------- 9
2.
Penerapan Fungsi Linier Pada Fungsi Penawaran
(Supply Function)------------ 11
3.
Penerapan Fungsi Linier Pada Market Equilibrium
(Keseimbangan Pasar)------ 12
C.
PENGARUH PAJAK DAN
SUBISIDI TERHADAP KESEIMBANGAN
PASAR--------------------------------------------------------------------------------------------- 14
1. Pengaruh
Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar---------------------------------- 14
2.
Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan
Pasar-------------------------------- 16
D.
KESEIMBANGAN PASAR KASUS
DUA MACAM BARANG---------------- 18
E.
FUNGSI BIAYA, PENERIMAAN
DAN ANALISIS PULANG POKOK---- 20
1. Fungsi
Biaya ------------------------------------------------------------------- 20
2. Fungsi
Penerimaan-------------------------------------------------------------- 22
3. Analisis
Pulang Pokok --------------------------------------------------------- 22
F.
FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN,INVESTASI
DAN PENDAPATAN--- 23
1. Fungsi
Konsumsi----------------------------------------------------------------- 23
2. Fungsi
Tabungan----------------------------------------------------------------- 30
3. Teori dan Fungsi Investasi------------------------------------------------------- 33
4. Fungsi Pendapatan--------------------------------------------------------------- 38
BAB III PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------- 46
A.
Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------- 46
B.
Ktitik dan Saran--------------------------------------------------------------------- 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Matematika sebagai alat untuk analisis dalam berbagai
bidang cabang disiplin ilmu, mempunyai peranan sangat menonjol sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam mempelajari teori ekonomi ilmu-ilmu
sosial, matematika semakin banyak digunakan sebagai alat untuk mengambil
keputusan ataupun perencanaan.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang aplikasinya sangat mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan matematika selalu
dibutuhkan, tidak hanya dibidang matematika saja, tetapi juga mempengaruhi
cabang ilmu lainnya. Selain itu, banyak fenomena yang selalu kita jumpai dan
itu menerapkan prinsip-prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Agar perubahan perilaku itu memberikan hasil sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika maka dituntut keaktifan Mahasiswa dalam belajar.
Mahasiswa harus menyenangi matematika karena matematika memberikan mereka
tantangan dalam proses pengerjaannya. Seharusnya mahasiswa penuh semangat,
kreatif, gigih, dan antusias dalam belajar matematika.
Kenyataan yang ada di lapangan belum menunjukkan pembelajaran matematika di
sekolah maupun di Universitas belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini
terlihat dari berbagai aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan mahasiswa dalam
proses belajar-mengajar. Bagi siswa maupun Mahasiswa matematika hanyalah
pelajaran yang terdiri dari sekelumit angka-angka, serta tidak tahu untuk apa
sebenarnya mereka mempelajari dan memecahkan persoalan matematika tersebut. Hal
ini disebabkan siswa tidak memahami konsep dengan baik.
Dalam masalah ini kami akan mejelaskan tentang persamaan linear yang di
terapkan pada masyarakat dalam mengembangkan bisnis untuk memperoleh laba yang
sangat tinggi dari konsumen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
itu fungsi linier dan bagaimana rumusnya ?
2.
Bagaimana
penerapan fungsi linier dan rumusnya?
3.
Bagaimana pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan
pasar dan rumusnya?
4.
Bagaimana keseimbangan pasar kasus dua macam barang dan
rumusnya?
5.
Bagaimana fungsi biaya, penerimaan dan analisis pulang pokok
dan rumusnya?
6.
Bagaimana fungsi konsumsi, tabungan, investasi dan
pendapatan dan rumusnya?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini untuk
memenuhi tugas matematika ekonomi dan bisnis. Serta meningkatkan pengetahuan
penulis dan pembaca tentang penerapan fungsi linier dalam kehidupan
sehari-hari.
D. Manfaat
Membantu mahasiswa agar dapat memahami bagaimana suatu
fungsi linear dibentuk berdasarkan data yang ada dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FUNGSI LINIER
Penerapan
fungsi dalam ekonomi dan bisnis merupakan salah satu bagian yang sangat penting
untuk dipelajari, karena model-model ekonomi yang berbentuk matematika biasanya
dinyatakan dengan fungsi. Fungsi dalam matematika menyatakan suatu hubungan
formal di antara dua himpunan data. Jika himpunan data tersebut adalah
variabel, maka fungsi dapat dikatakan sebagai hubungan antara dua variabel.
Fungsi
adalah Suatu bentuk matematis yang menyata kan hubungan ketergantungan
(hubungan fungsional) antara satu variabel dengan variabel lainnya. Unsur-unsur
pembentuk fungsi adalah variabel, koefisien, dan konstanta.
Variabel
adalah unsur yang sifatnya berubah-ubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya.
Variabel dapat dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas : variabel yang menjelaskan variabel lainnya. Adapun Variabel
terikat adalah variabel yang diterangkan oleh variabel bebas.
Ø Koefisien
adalah bilangan atau angka yang diletakkan tepat di depan suatu variabel,
terkait dengan variabel yang bersangkutan.
Ø Konstanta
sifatnya tetap dan tidak terkait dengan suatu variabel apapun.
Contoh:
Y = 0,8X + 5
Keterangan:
Ø X
= Variabel bebas (Independent variabel) adalah variabel yang nilainya tidak
tergantung pada variabel lain.
Ø Y
= Variabel terikat (Dependent variabel) adalah variabel yang nilainya
tergantung pada variabel lain.
Ø 0,8
= adalah koefisien variabel X
Ø 5
= adalah konstanta
1. Pengertian Fungsi Linier
Fungsi
Linier adalah fungsi Polinom yang variabel bebasnya memiliki pangkat paling
tinggi adalah satu. Dikatakan fungsi linier apabila variabel X dan Y dalam
persamaan tersebut mempunya pangkat satu (sehingga X1=X dan Y1=Y).
Oleh karena itu fungsi linier sering disebut dengan persamaan garis lurus (pgl)
dengan bentuk umumnya adalah sebagai barikut:
Bentuk umum fungsi linier 2 variabel (x & y)
y = a0 + a1x
Dimana :
a0 konstanta, nilainya positif, negatif, atau nol
a1 koefisien, nilainya positif, negatif, atau nol
Contoh : y = 4 + 2x
f : x → mx + c atau f(x) = mx + c atau y = mx + c
Ø m adalah gradien / kemiringan / kecondongan (2)
Ø c adalah konstanta (4)
Contoh lain
fungsi linier:
y=2x+5
y=-3x+2
2. Membuat kurva fungsi linier
Adapaun
cara membuat kurva liner antaralain:
a. Dengan cara sederhana (curve
traicing process)
Yaitu dengan
menggunakan tabel x dan y, dimana kita tentukan dulu nilai x sebagai variabel
bebas, maka dengan memasukkan
beberapa nilai x kita akan memperoleh nilai y.
Misalkan
: y = 4 + 2x
x
|
-2
|
-1
|
0
|
1
|
2
|
y
|
0
|
2
|
4
|
6
|
8
|
Lalu titik-titik dalam tabel tersebut ditandai dan dihubungkan menghasilkan garis seperti dalam kurva berikut ini:
b. Dengan cara matematis (menggunakan
ciri-ciri yang penting)
Yaitu
dengan mencari titik potong untuk sumbu x dan juga sumbu y.
Langkah-langkah
membuat grafik fungsi linier dengan cara matematis:
- Tentukan titik potong dengan sumbu x, y = 0 diperoleh koordinat A( x1, 0)
- Tentukan titik potong dengan sumbu y, x = 0 diperoleh koordinat B( 0, y1)
- hubungkan dua titik A dan B sehingga terbentuk garis lurus.
contoh:
Misalkan
diketahui y = 4 + 2x. Maka grafik fungsi dapat digambarkan menggunakan
ciri-ciri penting, yaitu:
- Titik potong fungsi dengan sumbu y, x=0, maka y=4. Jadi titiknya adalah A(0,4)
- Titik potong fungsi dengan sumbu x, y=0, maka x=-2. Jadi titiknya adalah B(-2,0)
Dengan
menggunakan kedua ciri ini maka kita dapat menggambar grafik fungsi y=4 + 2x
seperti terlihat pada gambar berikut:
3. Bentuk Kurva Suatu Fungsi
Persamaan
linier juga dapat ditulis ditulis dengan simbol y = ax + b (ini untuk
mempermudah dalam memahami gambar)
·
Jika
b bernilai positif : fungsi linier digambarkan garis dari kiri bawah ke kanan
atas
·
Jika
b bernilai negatif : fungsi linier digambarkan garis dari kiri atas ke kanan
bawah
·
Jika
b bernilai nol : digambarkan garis yg sejajar dengan sumbu datar x
·
Apabila
b bernilai negatif, contoh: Y = 10 - 2X maka kurva bergerak dari kiri
atas ke kanan bawah seperti gambar berikut:
·
Apabila
b bernilai positif, misalnya : Y = 3 + 2X maka kurva bergerak dari kiri
bawah ke kanan atas seperti gambar berikut:
4. Gradien dan Persamaan garis lurus
Gradien
adalah koefisien yang menentukan arah garis fungsi linier, biasanya
koefisien ini melekat pada variabel X (sisi vertikal)/(sisi horizontal).
Jika
gambar kurva bergerak dari kiri atas ke kanan bawah maka nilai gradiennya
negatif dan juga sebaliknya.
Contoh:
y=-x+3
Jika x=0 → y=3, koordinat (0,3)
Jika y=0 → x=3, koordinat (3,0)
a)
Garis
lurus yang melalui titik A(x1, y1) dan B(x2, y2) memiliki gradien m:
m
= y1-y2 / x1-x2 atau m = y2-y1/x2-x1
b)
Persamaan
garis lurus yang melalui titik A(x1, y1) dan B(x2, y2) adalah:
·
y-y1
= x-x1
·
y2-y1=x2-x1
c)
Persamaan
garis lurus yang bergradien m dan melalui titik A(x1, y1), fungsinya adalah:
y
= m (x – x1 ) + y1
5.
Hubungan dua garis lurus
1) Dua garis lurus yang sejajar
Sejajar
kan terjadi ketika dua buah garis akan sejajar apabila kemiringan garis yang
satu sama dengan kemiringan garis yang lain (m1 = m2).
2) Dua garis lurus yang berhimpit
Berimpit
akan terjadi ketika dua buah garis akan berimpit apabila persamaan garis yang
satu merupakan kelipatan dari (proporsional terhadap) persamaan garis yang
lain. y1 = mx1+ b1 akan berimpit dengan y2 = mx2+ b2 , jika y1 = ny2 ; a1 = na2
; b1 = nb2.
3) Dua garis lurus yang berpotongan
Berpotongan,
dua buah garis akan berpotongan apabila kemiringan garis yang satu tidak sama
dengan kemiringan garis yang lain (m1 ≠ m2).
Untuk fungsi
linier yang saling berpotongan, maka untuk mencari titik potongnya dapat
dilakukan dengan cara :
1. Metode Grafik
2. Metode Subtitusi
3. Metode Eliminasi
4. Metode Campuran
4) Dua garis lurus yang tegak lurus
Tegak
lurus (termasuk garis lurus berpotongan) akan terjadi saat dua garis akan
saling tegak lurus apabila kemiringan garis yang satu merupakan kebalikan dari
kemiringan garis yang lain dengan tanda yang berlawanan (m1 = – 1/m2).
Atau nilai perkalian kemiringannya menghasilkan nilai –1 (m1 ⨉ m2 = -1).
B.
PENERAPAN FUNGSI LINIER
1. Penerapan
Fungsi Linier Pada Fungsi Permintaan (Demand Function)
Fungsi Permintaan menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta oleh konsumen dengan anggapan bahwa faktor-faktor lain tetap (ceteris paribus), yaitu selera tetap, pendapatan tetap dan harga barang-barang lain tetap, maka ini menandakan bahwa apabila harga turun jumlah barang yang diminta oleh konsumen naik, demikian pula sebaliknya.
a)
Pada
saat harga turun P1 ke P2, maka permintaan naik dari Q1 ke Q2
b)
Pada
saat harga naik P1 ke P3, maka per mintaan turun dari Q1 ke Q3
Hal
–hal yang perlu diperhatikan:
1.
P
= harga per unit; Q = Quantitas barang
2.
Kurva
permintaan bergerak dari kiri atas ke kanan bawah
3.
P
dan Q positif
4.
Pada
suatu tingkatan harga (P) hanya terkandung nilai kuantitas (Q) dan sebaliknya
5.
Skala
P dan Q tidak perlu sama, karena harga tidak sama dengan kuantitas.
Contoh
:
a. Pada saat harga buku Rp 10000 per
lusin permintaan akan buku tersebut sebanyak 10 lusin, dan ketika harga buku
turun menjadi Rp 8000 per lusin permintaannya menjadi 16 lusin. Carilah fungsi
permintaanya!
Jawab:
Dik : P1 = Rp 10000
P2 = Rp 8000
Q1 = 10
Q2 = 16
Dit : Qd = .....?
Jawab :
=> P - P1 / P2 - P1 = Q -
Q1 / Q2 - Q1
=> P - 10000 / 8000 - 10000 =
Q - 10 / 16 - 10
=> P - 10000 / -2000 = Q
- 10 / 6
=> -2000Q + 20000 = 6P -
60000
=> -2000Q = 6P - 60000 -
20000
=> -2000Q = 6P - 80000
=> Q = 6P - 80000 / -2000
=> Q = -0.003P + 40
=> Q = 40 - 0.003P
atau
=> Q = 40 - 0.003P
=> 0.003P = 40 - Q
=> P = 40 - Q / 0.003
=> P = 13333.33 - 333.33Q
Jadi, fungsi permintaannya adalah Qd = 40 - 0.003P atau Pd = 13333.33 - 333.33Q
=> Q = 40 - 0.003P
=> 0.003P = 40 - Q
=> P = 40 - Q / 0.003
=> P = 13333.33 - 333.33Q
Jadi, fungsi permintaannya adalah Qd = 40 - 0.003P atau Pd = 13333.33 - 333.33Q
b. Dalam suatu pasar diketahui fungsi
permintaannya Qd = 40 - 2P. Berapakah jumlah permintaan ketika harga (P) = 10?
Jawab:
Dik : Qd = 40 - 2P
P =10
Dit : Q=....?
Jawab :
=> Qd = 40 - 2P
=> Qd = 40 - 2 (10)
=> Qd = 40 - 20
=> Qd = 20
Jadi, ketika harga (P) nya 20, maka jumlah permintaannya adalah 20.
2. Penerapan Fungsi Linier
Pada Fungsi Penawaran (Supply Function)
Fungsi Penawaran menunjukkan hubungan antara harga
dengan jumlah barang yang ditawarkan kepada konsumen, dengan anggapan
faktor-faktor lain tetap (ceteris paribus). Maka apabila tingkat harga
meningkat, jumlah barang yang ditawarkan bertambah, demikian pula sebaliknya.
1.
Pa → Pc : Jumlah barang yang ditawarkan naik Qa → Qc
2.
Pa → Pb : Jumlah barang yang ditawarkan turun Qa → Qb
CONTOH
:
a. Pada saat harga Rp 40 per unit,
jumlah penawarannya 10 unit. Dan ketika harga Rp 60 per unit, jumlah
penawarannya 20 unit. Tentukan fungsi penawarannya!
Jawab:
Dik : P1 = 40
P2 = 60
Q1= 10
Q2 = 2Jawab :=>P - P1/ P2 - P1= Q - Q1 / Q2 - Q1
=> P –40/60 – 40 = Q - 10 / 20 - 10
=>P – 40/ 20=Q - 10 / 10
=>20Q-200=10P - 400
=>20Q-10P=400 + 200
=>20Q =10P - 200
=>Q = 10P-200 / 20
=>Q= 0.5P -
10
=>Q = -10 + 0.5Patau :
=>Q = -10 + 0.5P
=>-0.5P =-10 - Q
=>P = -10 – Q / -0.5
=>P = 20 + 2Q
Jadi,
fungsi penawaranya adalah Qs = -10 + 0.5P atau Ps = 20 + 2Q
3. Penerapan Fungsi Linier
Pada Market Equilibrium (Keseimbangan Pasar)
Pasar suatu jenis barang dikatakan berada dalam
keseimbangan apabila jumlah barang yang diminta dipasar tersebut sama dengan
jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan grafik hal ini ditunjukkan
oleh persamaan :
FS =
FD
( Fungsi
Penawaran = Fungsi Permintaan)
Yaitu
pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran. Pada posisi
keseimbangan pasar ini tercipta harga keseimbangan (equilibrium price) dan
Jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).
Contoh :
a.
Pada saat harga Rp 40 per unit, jumlah
penawarannya 10 unit. Dan ketika harga
Rp 60 per unit, jumlah penawarannya 20 unit. Tentukan fungsi penawarannya!
Jawab:
Dik : P1 = 40
P2= 60
Q1 = 10
Q2 = 20
Dit : Qs = ....?
Jawab :
=> P - P1 /
P2 - P1 = Q - Q1 / Q2 - Q1
=> P - 40 /
60 - 40 = Q - 10 / 20 - 10
=> P - 40 /
20 = Q - 10 / 10
=> 20Q - 200
= 10P - 400
=> 20Q = 10P
- 400 + 200
=> 20Q = 10P
- 200
=> Q = 10P -
200 / 20
=> Q = 0.5P -
10
=> Q = -10 +
0.5P
atau
=> Q = -10 +
0.5P
=> -0.5P =
-10 - Q
=> P = -10 -
Q / -0.5
=> P = 20 +
2Q
Jadi, fungsi penawarannya adalah Qs = -10 + 0.5P atau Ps =
20 + 2Q
b.
Tentukan jumlah barang dan harga pada
keseimbangan pasar untuk fungsi
permintaan Qd = 10 - 0,6Pd dan fungsi penawaran Qs = -20 + 0,4Ps.
Jawab:
Dik : Qd = 10 - 0.6Pd
Qs = -20 + 0.4Ps
Dit : Keseimbangan harga?
Jawab :
=> Keseimbangan terjadi apabila Qd = Qs, Jadi :
=> 10 - 0.6Pd
= -20 + 0.4Ps
=> -0.4P -
0.6P = -20 - 10
=> -P = -30
=> P = 30
Setelah diketahui nilai P, kita masukan nilai tersebut
kedalam salah satu fungsi tersebut:
=> Q = 10 -
0,6P
=> Q = 10 -
0.6 (30)
=> Q = 10 -
18
=> Q = -8
Jadi keseimbangan pasar terjadi pada saat harga (P) = 30 dan
jumlah barang (Q) = -8
c.
Fungsi penawaran pasar tepung terigu
adalah 2P = 20 + Q, sedang fungsi permintaan pasar tepung terigu adalah P = 30
– 1,5Q. P adalah harga per kilogram tepung terigu dalam rupiah. Q adalah jumlah
tepung terigu yang diminta dan ditawarkan per satuan waktu dalam kilogram.
Berapa harga per kilogram dan jumlah yang terjual pada saat pasar dalam keadaan
keseimbangan?
Jawab:
Dik : Pd = 30 - 1.5Q
2Ps = 20 + Q
Dit : Keseimbangan P dan Q?
Jawab :
=>Pd = 30 - 1.5Q (ubah kedalam bentuk Q),
maka :
=> 1.5Q = 30 -
P
=> Q = 30 - P
/ 1.5
=> Qd = 20 -
0.6P
lalu, untuk fungsi 2Ps = 20 + Q, maka :
=> -Q = 20 -
2P
=> Qs = -20 +
2P
Jadi,
=> Qd = Qs
=> 20 - 0.6P
= -20 + 2P
=> -2P - 0.6P
= -20 - 20
=> -2.6P =
-40
=> P = -40 /
-2.6
=> P = 15.38
dan
Q = 20 - 0.6P
Q = 20 - 0.6
(15.38)
Q = 20 - 9.23
Q = 10.77
Jadi, keseimbangannya adalah pada saat harga (P) = 15.38 dan
kuantitas (Q) = 10.77
C.
PENGARUH PAJAK DAN
SUBISIDI TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR
1. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan
Pasar
Jika
produk dikenakan pajak t per unit, maka akan terjadi perubahan keseimbangan
pasar atas produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan. Biasanya
tanggungan pajak sebagian dikenakan kepada konsumen sehingga harga produk akan
naik dan jumlah barang yang diminta akan berkurang. Keseimbangan pasar sebelum
dan sesudah kena pajak dapat digambarkan sebagai berikut.
Pengenaan pajak
sebesar t atas setiap unit barang yang dijual menyebabkan kurva penawaran
bergeser ke atas, dengan penggal yang
lebih besar pada sumbu harga. Jika sebelum pajak persamaan penawarannya P = a +
bQ, maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a + bQ + t
·
Beban
pajak yang ditanggung oleh konsumen : tk = Pe‘
– Pe
·
Beban
pajak yang ditanggung oleh produsen : tp = t
– tk
·
Jumlah
pajak yang diterima oleh pemerintah : T = t x Qe‘
Contoh soal :
Diketahui suatu produk ditunjukkan
fungsi permintaan P = 7 + Q dan fungsi penawaran
P = 16 – 2Q. Produk tersebut
dikenakan pajak sebesar Rp. 3,-/unit
1. Berapa
harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak ?
2. Berapa
besar penerimaan pajak oleh pemerintah ?
3. Berapa
besar pajak yang ditanggung kosumen dan produsen ?
Jawab :
1) =>Keseimbangan pasar sebelum
pajak
Qd = Qs
7 + Q = 16 –
2Q
P = 7 + Q
3Q =
9
P = 7 + 3
Qe =
3
Pe = 10
Jadi keseimbangan pasar sebelum
pajak E ( 3,10 )
=>Keseimbangan
pasar sesudah pajak
Fungsi penawaran menjadi :
P = 16 – 2Q
+ t
= 16 – 2Q + 3 = 19 –
2Q
Os = Qd
19 –
2Q = 7 + Q
3Q = 12
Qe = 4
P= 19 – 2Q
= 19 – 8
Pe‘ =
11
Jadi keseimbangan pasar setelah
pajak E’ ( 4,11 )
2)
T = t x Qe‘
= 3 . 4
= 12 ( Besarnya penerimaan pajak oleh
pemerintah Rp. 12,- )
3)
tk = Pe‘ – Pe
= 11 – 10
= 1
( Besar pajak yang ditanggung konsumen Rp. 1,- )
=>tp = t – tk
= 3 – 1
= 2
( Besar pajak yang ditanggung produsen Rp. 2,- )
2.
Pengaruh Subsidi terhadap
Keseimbangan Pasar
Subsidi yang diberikan
atas produksi/penjualan suatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut
menjadi lebih rendah.
Jika produk dikenakan subsidi s per
unit, maka akan terjadi penurunan harga produk sehingga keseimbangan pasar atas
produk tersebut juga akan bergeser. Jika sebelum pajak persamaan penawarannya P
= a + bQ, maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a + bQ – s
·
Bagian subsidi yang dinikmati oleh
konsumen : sk = Pe – Pe‘
·
Bagian subsidi yang dinikmati oleh
produsen : sp = s – sk
·
Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah
: S
= s x Qe‘
Contoh Soal :
Permintaan akan suatu komoditas dicerminkan oleh Qd = 12–2P
sedangkan penawarannya Qs = -4 + 2P
pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp. 2,- setiap unit barang.
a. Berapakah jumlah dan harga keseimbangan
sebelum subsidi ?
b. Berapakah jumlah dan harga keseimbangan sesudah subsidi ?
c. Berapa bagian dari subsidi untuk konsumen dan produsen ?
d. Berapa subsidi yang diberikan pemerintah ?
Jawab ;
a.) Keseimbangan
pasar sebelum subsidi
Qd = Qs
Q = 12 –
2P
12 – 2P = -4 + 2P =
12 – 8
P = 16
Qe = 4
Pe = 4 ( Keseimbangan pasar sebelum subsidi E =
( 4, 4 ))
b.) Keseimbangan
pasar sesudah subsidi :
Qd = 12 – 2P
=> P = ½ Qd
+ 6
Qs = -4 + 2P
=> P = ½ Qs
+ 2
Sesudah Subsidi Fungsi Penawaran menjadi
P = ½ Q + 2 – 2
P = ½ Q
Sehingga Kesimbangan pasar sesudah subsidi menjadi :
– ½ Q + 6 = ½ Q
Qe‘ = 6
P = ½ Q
Pe‘ = 3
( Keseimbangan pasar setelah subsidi E’ = ( 6, 3 ) )
c.) sk = Pe – Pe‘ sp = s – sk
=
4 – 3
= 2 – 1
=
1
= 1
(Besar subsidi untuk konsumen Rp. 1,- ) ( Besar subsidi untuk produsen = Rp. 1,- )
d.) Subsidi yang
diberikan pemerintah
S = s x Qe‘
= 2 . 6
= 12
Cara Menghitung Nilai Pajak dan Subsidi :
Ø
Pajak per-unit yang ditanggung oleh
produsen
Ts = Po – f
( S )
Di mana: Po adalah Nilai P eq
sebelum ada pajak
F (S) = fungsi supply yang nilai Q
diambil dari nilai Q setelah ada pajak .
Ø
Total pajak yang ditanggung oleh
Produsen
Px = Ts ×
Qt
Ø
Pajak per-unit yang ditanggung
konsumen
Td = Pt – Po
Ø
Total Pajak yang ditanggung konsumen
Kx = Td × Qt
Ø
Besarnya Pajak yang diterima
pemerintah
Qt × t → untuk pajak
per-unit
Qt × ( 1 + r ) → untuk
pajak posentase
Ø
Besarnya subsidi yang diberikan oleh
pemerintah
Gs = S × Qs
Ø
Besarnya Subsidi yang dinikmati
Konsumen
Ks = ( Po – Ps )
(Qs)
Ø
Besarnya subsidi yang dinikmati
Produsen
Ps = Gs – Ks
D.
KESEIMBANGAN PASAR KASUS
DUA MACAM BARANG
Keseimbangan
pasar dua macam Produk :
1. Formulasi untuk fungsi permintaan
dapat ditulis sebagai berikut
Qdx = a0 – a1
Px + a2 Py
Qdy = b0 + b1 Px
+ b2 Py
2. Formulasi untuk fungsi peanawaran
dapat ditulis sebagai berikut
Qsx = – m0 + m1
Px + m2 Py
Qsy = – n0 + n1
Px + n2 Py
Dimana :
Qdx = Jumlah yang diminta dari produk X
Qdy = Jumlah yang diminta dari produk Y
Qsx = Jumlah yang ditawarkan dari produk X
Qsy = Jumlah yang ditawarkan dari produk Y
P x = Harga Produk X
P y = Harga Produk Y
Variable a, b, m dan n adalah konstanta
Contoh soal :
Diketahui fungsi permintaan dan penawaran dari dua
macam produk yang mempunyai hubungan substitusi sebagai berikut :
Qdx = 5 – 2 Px + Py
Qdy = 6 + Px – Py
Qsx = – 5 + 4Px – Py
Qsy = – 4 – Px + 3
Py
Carilah : Harga dan kuantitas dari keseimbangan pasar.
Jawab :
Syarat keseimbangan pasar Qdx =
Qsx atau Qdy = Qsy
Qdx = 5 – 2 Px + Py
Qsx = –5 + 4 Px – Py –
0 = 10 – 6 Px + 2 Py
Qdy = 6 + Px – Py
Qsy = -4 – Px + 3 Py
–
0 = 10 + 2 Px – 4 Py
Masukan dalam bentuk persamaan :
0 = 10 – 6 Px + 2
Py → (X 2)
→
0 = 20 – 12 Px + 4 Py
0 = 10 + 2 Px – 4
Py → (X 1)
→
0 = 10 + 2 Px – 4 Py +
0 = 30 – 10 Px + 0
10 Px = 30
Px = 30 / 10 = 3
Maka Py dapat dicari dari 0 =
10 – 6 Px + 2 Py
-2 Py = – 10 + 6 Px
-2 Py = – 10 + 6 (3)
Py = – 10 + 18
→ Py = 4
2
Maka Qx dan Qy dapat dicari dengan memasukan
persamaan sbb :
Qx = 5 – 2 Px + Py
Qx = 5 – 2 (3) +
4 jadi Qx = 3
Qy
= 6 + Px – Py
jadi Qy = 6 + 3 – 4 = 5
E.
FUNGSI BIAYA, PENERIMAAN DAN ANALISIS PULANG POKOK
(KEUNTUNGAN)
1. Fungsi Biaya
Biaya total (total cost) yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan dalam operasi bisnisnya terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan
biaya variabel (variabel cost). Sifat biaya tetap adalah tidak tergantung pada
jumlah barang yang dihasilkan, biaya tetap merupakan sebuah konstanta. Sedangkan
biaya variabel tergantung pada jumlah barang yang dihasilkan. Semakin banyak
jumlah barang yang dihasilkan semakin besar pula biaya variabelnya. Secara
matematik, biaya variabel merupakan fungsi dari jumlah barang yang dihasilkan.
FC = k
VC = f(Q) = vQ
C = g (Q) = FC + VC = k + vQ
Keterangan ;
FC =
biaya tetap
VC= biaya
variabel
C = biaya
total
k =
konstanta
V = lereng kurva VC dan kurva C
Contoh Soal :
Ø Biaya
tetap yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan sebesar Rp 20.000 sedangkan biaya
variabelnya ditunjukkan oleh persamaan VC = 100 Q. Tunjukkan persamaan dan kurva
biaya totalnya ! Berapa biaya total yang dikeluarkan jika perusahaan tersebut
memproduksi 500 unit barang ?
Jawab :
FC = 20.000
VC = 100 Q
C = FC + VC → C = 20.000 + 100
Q
Jika Q = 500, C = 20.000 + 100(500)
= 70.000
2.
Fungsi
Penerimaan
Penerimaan total (total revenue) adalah hasil kali
jumlah barang yang terjual dengan harga jual per unit barang tersebut.
R = Q x P = f (Q)
Contoh Soal:
Harga jual produk yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan Rp 200,00 per unit. Tunjukkan persamaan dan kurva penerimaan total
perusahaan ini. Berapa besar penerimaannya bila terjual barang sebanyak 350
unit ?
Jawab :
R = Q x P
= Q x 200 = 200Q
Bila Q = 350 → R = 200 (350) =
70.000
3. Analisis
Pulang Pokok (Keuntungan)
Analisis Pulang Pokok (break-even) yaitu suatu konsep
yang digunakan untuk menganalisis jumlah minimum produk yang harus dihasilkan
atau terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Keadaan pulang pokok
(profit nol, π = 0 ) terjadi apabila R = C ; perusahaan tidak memperoleh
keuntungan tetapi tidak pula menderita kerugian. Secara grafik hal ini
ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva R dan kurva C.
Contoh Soal :
Andaikan biaya total yang dikeluarkan perusahaan ditunjukan oleh persamaan
C = 20.000 + 100 Q dan penerimaan totalnya R = 200 Q. Pada tingkat produksi
berapa unit perusahaan mengalami pulang pokok ? apa yang terjadi jika
perusahaan memproduksi 150 unit ?
Jawab ;
Diketahui :
C = 20.000 + 100Q
R = 200Q
Syarat Pulang Pokok
R = C
300Q = 20.000 + 100Q
200Q = 20.000
Q = 100
Jadi pada tingkat produksi 100 unit
dicapai keadaan pulang pokok
Jika Q = 150, maka
π = R – C
= 300Q – ( 20.000 + 100Q)
= 200 Q –
20.000
= 200(150) – 20.000
= 10.000
( Perusahaan mengalami keuntungan
sebesar Rp. 10.000,- )
F.
FUNGSI KONSUMSI,
TABUNGAN,INVESTASI DAN PENDAPATAN
1.
Fungsi
Konsumsi
TEORI Konsumsi Keynes dikenal dengan Hipotesis
Pendapatan Absolut (Absolute Income
Hypotesis) yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang dan
atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan,
kalaupun ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut
Keynes kesemuanya itu tidak berarti apa-apa dan sangat tidak menentukan.
Teori Konsumsi Keynes didasarkan
pada 3 postulat yaitu:
a. Konsumsi meningkat apabila
pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya peningkatan konsumsi tidak akan
sebesar peningkatan pendapatan, oleh karenanya adanya batasan dari Keynes
sendiri yaitu bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal = MPC (Marginal
Propensity to Consume) adalah antara nol dan satu, dan pula besarnya
perubahan konsumsi selalu diatas 50% dari besarnya perubahan pendapatan
(0,5<MPC<1).
b. Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi
= APC (Avarage
Propensity to Consume). akan turun apabila pendapatan naik, karena
peningkatan pendapatan selalu lebih besar daripada peningkatan konsumsi,
sehingga sehingga pada setiap naiknya pendapatan pastilah akan memperbesar
tabungan. Dengan demikian dapat dibuatkan satu pernyataan lagi bahwa setiap
terjadi peningkatan pendapatan maka pastilah rata-rata kecenderungan menabung
akan semakin tinggi.
c. Bahwa pendapatan adalah merupakan
determinan (faktor penentu utama) dari konsumsi. Faktor lain dianggap tidak
berarti.
Keynes
menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current
consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income). Menurut
Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan.
Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus terpenuhi, walaupun tingkat pendapatan
sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika
pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga meningkat. Hanya saja
peningkatan tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
C = konsumsi
C0 = konsumsi otonomus
b = marginal prospensity to consume (MPC)
Yd = pendapatan disposable
0 ≤ b ≤ 1
C0 = konsumsi otonomus
b = marginal prospensity to consume (MPC)
Yd = pendapatan disposable
0 ≤ b ≤ 1
Sebagai tambahan penjelasan, perlu diberikan beberapa
catatan mengenai fungsi Konsumsi Keynes tersebut diatas:
- Merupakan variabel riil/nyata, yaitu bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, bukan hubungan antara pendapatan nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal.
- Merupakan pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan).
- Merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan relativ atau pendapatan permanen.
- Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek. Keynes tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes “in the long run we’re all dead”.
Penjelasan: (data disederhanakan,
DALAM TRILYUNAN)
TABEL
1
PENDAPATAN DISPOSABEL
|
PENGELUARAN KONSUMSI
|
TABUNGAN MASYARAKAT
|
MPC
(MARGINAL PROSPENSITY TO CONSUME) |
APC
(AVERAGE PROSPENSITY TO CONSUME) |
MPS
(MARGINAL PROSPENSITY TO SAVING) |
APS
(AVERAGE PROSPENSITY TO SAVING) |
0
|
125
|
-125
|
–
|
–
|
||
100
|
200
|
-100
|
0,75
|
2
|
0,25
|
-1
|
200
|
275
|
-75
|
0,75
|
1,375
|
0,25
|
-0,375
|
300
|
350
|
-50
|
0,75
|
1,16
|
0,25
|
-0,166
|
400
|
425
|
-25
|
0,75
|
1,07
|
0,25
|
-0,07
|
500
|
500
|
0
|
0,75
|
1
|
0,25
|
0
|
600
|
575
|
25
|
0,75
|
0,958
|
0,25
|
0,042
|
700
|
650
|
50
|
0,75
|
0,929
|
0,25
|
0,071
|
800
|
725
|
75
|
0,75
|
0,906
|
0,25
|
0,094
|
900
|
800
|
100
|
0,75
|
0,888
|
0,25
|
0,1112
|
1.000
|
875
|
125
|
0,75
|
0,875
|
0,25
|
0,125
|
Gambar I
Gambar 2
|
||
Fungsi
Konsumsi merupakan suatu
kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga
dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposabel)
perekonomian tersebut. Berdasarkan tabel I digambarkan pendapatan disposebel
dalam kolom 1 selalu bertambah sebanyak Rp 100 ribu, sedangkan konsumsi
bertambah sebanyak 75. Titik impas dari pendapatan yang dikonsumsi adalah
ketika seluruh pendapatan yang diperoleh digunakan untuk konsumsi. Pada data
diatas titik impas terjadi pada tingkat pendapatan 500. Dibawah titik
500, konsumsi lebih besar dari pada pendapatan dimana Y = 0, konsumsi sebesar
125. Angka 125 ini merupakan C0 atau Autonomous Consumption dimana
seseorang atau secara agregat suatu perekonomian perlu mendapat
subsidi atau hutang atau bantuan atau mengambil tabungan dimasa lalu sebesar
125 untuk mempertahankan hidup atau eksistensinya.
Berdasarkan Tabel I dan Grafik
Fungsi pada Gambar 1 dan Gambar 2, dapat disimpulkan 3 hal berikut:
1. Pada tingkat pendapatan rendah (dibawah 500), sektor rumah tangga
mengambil tabungan
Pada waktu sektor rumah tangga tidak memperoleh pendapatan, yaitu pendapatan disposebel adalah nol (Yd=0), pengeluaran konnsumsi adalah 125. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Tabungan negatif, atau mengambil tabungan (dissaving) akan selalu dilakukan oleh rumah tangga apabila pendapatannya masih di bawah 500.
Pada waktu sektor rumah tangga tidak memperoleh pendapatan, yaitu pendapatan disposebel adalah nol (Yd=0), pengeluaran konnsumsi adalah 125. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Tabungan negatif, atau mengambil tabungan (dissaving) akan selalu dilakukan oleh rumah tangga apabila pendapatannya masih di bawah 500.
2. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsiPertambahan pendapatan lebihtinggi daripada
pertambahan konsumsi. Hal ini merupakan salah satu postulate Teori Konsumsi
Keynes.
3. pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabungPertambahan pendapatan selalu lebih besar daripada
pertambahan konsumsi; maka pada akhirnya rumah tanggga tidak mengambil tabungan
lagi dan dapat menabung sebagian dari pendapatannya. Dalam contoh diatas, pada
pendapatan disposibel lebih dari 500, jkonsumsinya lebih rendah dari
pendapatannya. Sebagai contoh, pada pendapatan 900 kosumsi adalah 800 dan
tabungan 100.
MARGINAL
PROSPENSITY TO CONSUME DAN AVERAGE PROSPENSITY TO CONSUME (MPC DAN APC)
MPC
(Marginal Prospensity to Consume) atau
Kecenderungan Konsumsi Marginal merupakan konsep yang memberikan gambaran
tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel bertambah 1
unit. MPC adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara besarnya perubahan
pengeluaran konsumsi (∆C) dengan besarnya perubahan keseimbangan pendapatan
disposabel atau pendapatan nasional (∆Y) yang diterima sehingga mengakibatkan
pengeluaran konsumsi.
Seperti
pada uraian tabel
diatas jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan
pendapatan disposabel, sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu.
Angka MCP juga tidak mungkin negatif, di mana jika pendapatan disposabel terus
meningkat, konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi). Sebab
manusia tidak mungkin hidup dibawah batas konsumsi minimal. Karena itu 0 <
MPC < 1. Dalam Persamaan C = C0 + b Yd, koefisien
konstanta b adalah MPC. Besarnya MPC menunjukkan kemiringan (slope) kurva
konsumsi.
Grafik diatas dibuat berdasarkan Tabel 1, menunjukkan
grafik konsumsi yang berbentuk garis lurus. Kurva konsumsi yang sudut
kemiringannya lebih kecil daripada sudut 45 derajad menunjukkan bahwa MPC tidak
mungkin lebih besar dari 1. Nilai MPC akan semakin kecil ketika pendapatan
disposabel meningkat. Pertambahan konsumsi semakin menurun bila pendapatan
disposabel terus meningkat. Hal ini menandakan bahwa jika suatu negara makin
makmur dan adil, porsi pertambahan pendapatan yang digunakan untuk konsumsi
makin berkurang, sehingga kemampuan menabung meningkat. Dengan demikian
kemampuan perekonomian dalam negeri untuk menyediakan dana investasi yang
dibutuhkan dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang juga meningkat.
Dengan demikian MPC pada kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi (negara
maju) lebih rendah daripada MPC kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
(negara berkembang)
Average
Prospensity to Consume (Kecenderungan Konsumsi Rata-rata) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan
disposabel total. Karena besarnya MPC < 1 maka APC <1. APC merupakan
perbandinngan antara tingkat konsumsi © dengan tingkat pendapatan disposebel
ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dihitung dengan formula
C = tingkat konsumsi
Yd = Pendapatan disposabel
Yd = Pendapatan disposabel
Grafik APC menurun mendekati sumbu datar ketika pendapatan disposabel
meningkat. APC merupakan suatu angka teoritis yang mewakili besaran proporsi
pendapatan yang digunakan oleh rata-rata seluruh keluarga dalam suatu
perekonomian untuk mengonsumsi barang dan jasa.
Contoh soal :
Pada saat
sebelum bekerja pengeluaran Pamela sebesar Rp 1.500.000,- Ketika Pamela bekerja
dengan penghasilan Rp 5.000.000,- pengeluaran Pamela menjadi Rp 4.500.000,-
Tentukan Fungsi Konsumsi, Kecendrungan Pamela untuk menabung (MPS) dan
Kecendrungan Pamela untuk Mengkonsumsi.
Diketahui : a = C0 =1.500.000 saat Y0 = 0. C1 = 4500000. Y1 = 5.000.000.
Dengan demikian bisa dicari
Y = Y1 - Y0 = 5.000.000- 0 = 5.000.000
C = C1- C0 = 4.500.000 - 1.500.000= 3.000.000.
Susuai rumus MPC = C/Y = 3.000.000/5.000.000 = 0,6. Setelah mendapatkan MPC
bisa dicari MPS dari rumus : MPC + MPS = 1.
0,6 + MPS = 1, dan didapat MPS = 0,4.
Fungsi konsumsi : C = a + by , ingat b = MPC dan a =C0
Jadi fungsi konsumsi C = 1.500.000 + 0,6 Y.
Kesimpulan, Fungsi Konsumsi Pamela adalah : C = 1.500.000+0,6y.
Kecendrungan konsumsi Pamela adalah 0,6 (60%) dan kecendrungan Pamela untuk
menabung adalah 0,4 (40%).
Ø Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Konsumsi
Menurut Prathama Rahardja dan Mandala
Manurung (2004), kegiatan konsumsi rumah tangga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.
·
Faktor Ekonomi
Empat faktor ekonomi yang sangat
menentukan konsumsi adalah pendapatan, kekayaan, tingkat bunga, dan ekpektasi.
1) Pendapatan rumah tangga
Semakin tinggi tingkat pendapatan rumah
tangga semakin besar porsi pendapatan yang dikonsumsikan.
2) Kekayaan
Kekayaan atau aset seseorang dapat
berupa kekayaan riil (tanah dan bangunan) maupun kekayaan finansial (deposito
atau dalam bentuk surat berharga). Kekayaan akan meningkatkan pendapatan
disposabel dan selanjutnya akan meningkatkan konsumsi.
3) Tingkat Bunga
Semakin tinggi tingkat suku bunga,
semakin tinggi tabungan yang diciptakan masyarakat. Dengan demikian hasrat masyarakat
untuk melakukan konsumsi berkurang. Jika suku bunga rendah hasrat masyarakat
untuk melakukan konsumsi akan naik.
4) Perkiraan tentang Kondisi di Masa
Depan
Ekspektasi mengenai keadaan di masa
mendatang sangat mempengaruhi kegiatan konsumsi masyarakat. Adanya keyakinan
bahwa di masa mendatang akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi akan
mendorong rumah tangga meningkatkan konsumsinya di masa sekarang.
·
Faktor Nonekonomi
Faktor nonekonomi terdiri atas faktor
demografi dan faktor sosial budaya.
1) Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri atas faktor
jumlah dan komposisi penduduk.
a) Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk akan memperbesar
tingkat konsumsi secara agregat walaupun pengeluaran rata-rata penduduk umumnya
relatif rendah.
b) Komposisi Penduduk
Semakin banyak penduduk usia produktif
yang bekerja, semakin tinggi tingkat pendidikan, dan semakin banyak penduduk
tinggal di perkotaan maka konsumsi akan meningkat.
2) Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya akan memengaruhi
kegiatan konsumsi masyarakat. Faktor sosial budaya berkaitan dengan gaya hidup
seseorang. Seseorang yang terbiasa dengan gaya hidup mewah tentunya akan
memiliki porsi yang besar dari pendapatannya untuk kegiatan konsumsi.
Contoh soal :
Konsumsi
masyarakat sebuah negara ditunjukkan oleh persamaan C = 30 + 0,8Y. Jika
tabungan sebesar $20 maka konsumsi masyarakat tersebut sebesar.
Pembahasan :
C = a + by <==> S = -a + (1-b) y.
Dari fungsi
yang diketahui C = 30+ 0,8Y dapat di identifikasi nilai a = 30 dan b =0,8. Jika
disusun dalam bentuk persamaan S maka akan diperoleh S = -30 + (1-0,8)y =
-30+ 0,2Y.
Pada soal
diketahui bahwasanya tabungan senilai $20. Maka persamaan S bisa diselesaikan,
S = -30 +0,2Y
20= -30 + 0,2Y
50= 0,2 Y
Y = 50/0,2 = 250. Setelah didapat nilai Y, karena yang ditanya adalah Konsumsi (C) maka kembali k persamaan konsumsi.
C= 20+0,8Y
C= 20+0,8 (250)
C=30 + 200 = 230. Jadi konsumsi masyarakat tersebut adalah sebanyak 230.
2. Fungsi Tabungan
Fungsi tabungan adalah fungsi yang menunjukkan
hubungan antara tabungan dan pendapatan. TABUNGAN dalam ilmu Ekonomi Makro
didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan disposabel yang disimpan karena
tidak habis digunakan untuk konsumsi. Tabungan dalam lingkup luas merupakan
bagian dari pada pendapatan nasional per tahun yang tidak digunakan untuk
konsumsi. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga
bukan tergantung kepada tinggi rendahnya suku bunga. Tabungan tergantung dari
besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga. Makin besar pendapatan rumah
tangga, semakin besar jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh perekonomian.
Apabila
jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan,
perubahan yang cukup
besar dalam suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti ke atas
jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh sektor rumah tangga.
Adapun notasi matematika dari fungsi tabungan dapat
kita ambil dari definisi tabungan, “Tabungan adalah bagian dari pendapatan disposabel yang tidak
digunakan untuk konsumsi”
maka:
S = Yd
– C
dimana C = C0 + b Yd
maka
S = Yd – (C0 +b
Yd)
S = Yd – C0 – (b
Yd)
S = –C0 + Yd (1-b)
S = S0 + s Yd
S = Tabungan
S0 = Tabugang pada saat Y = 0
s = MPS (Marginal Prospensity to Consume)
MPS = 1 – MPC
S0 = Tabugang pada saat Y = 0
s = MPS (Marginal Prospensity to Consume)
MPS = 1 – MPC
sehingga MPC + MPS = 1
Contoh soal :
Keluarga ibu Evelyn memiliki penghasilan Rp
8.000.000,-/ bulan. Fungsi konsumsi keluarga bu Evelyn dapat dinyatakan dalam C
=1.500.000 + 0,7 Y. Berdasarkan informasi tersebut tentukan tabungan yang
dimiliki ibu Evelyn.
Pembahasan :
Dari fungsi konsumsi ibu evelyn C = 1.500.000 +
0,7Y dapat diidentifikasi bahwasanya nilai a = 1.500.000,- nilai b =0,7. Dari
yang diperoleh tersebut kita tulis dalam bentuk fungsi tabungan : S = -a +
-b) Y sehingga diperoleh :
S = -1.500.000 + (1-0,7)
Y= -1.500.000 + 0,3 Y.
Dari persamaan S yang didapat kita bisa langsung
menghitung Tabungan (saving) bu Evelyn.
S = -1.500.000 + 0,3 Y
S = -1.500.000 + 0,3(8.000.000)
=
-1.500.000 + 2.400.000
= 900.000.
Jadi tabungan bu Evelyn tiap bulannya adalah Rp
900.000,-
MARGINAL
PROSPENSITY TO CONSUME DAN AVERAGE PROSPENSITY TO CONSUME (MPC DAN APC)
Ø
Hubungan Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Menurut Keynes, pendapatan terbagi menjadi dua macam,
yaitu pendapatan perseorangan dan pendapatan perusahaan. Bagian pendapatan yang
dibelanjakan disebut konsumsi (C). sedangkan bagian pendapatan yang tidak
dibelanjakan disebut tabungan (S). Pendapatan perseorangan dirumuskan
berbanding lurus dengan jumlah konsumsi dan tabungannya. Sedangkan, dalam
rumusan pendapatan perusahaan, pendapatan tersebut berbanding lurus terhadap
jumlah konsumsi dengan investasinya. Investasi (I) adalah bagian dari
pendapatan perusahaan yang ditanamkan kembali atau sebagai penambah modal
kerja.
Pada umumnya, kurva konsumsi dan kurva tabungan digambarkan
pada sumbu Cartesius sebagai berikut:
Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan pada umumnya dalam
analisa makroekonomi merupakan fungsi linear sehingga grafiknya berupa garis
lurus. Hal ini disebabkan karena nilai MPC dan MPS yang tetap/konstan. Garis
yang dibentuk oleh Yd = C + S pada grafik diatas membentuk sudut 45°
dan merupakan penjumlahan grafis kurva C dan kurva S. Setiap titik pada garis
bantu ini berjarak sama terhadap sumbu horizontal maupun vertikal. Artinya,
titik pada setiap garis tersebut mencerminkan jumlah yang sama antara Y dan C +
S.
Pada titik M (pada contoh tabel I diatas pada angka 500) terlihat bahwa S =
0, dengan kata lain, seluruh pendapatan dialokasikan untuk keperluan konsumsi.
Di sebelah kanan titik M, pendapatan lebih besar daripada konsumsi sehingga
kelebihan pendapatan tersebut bisa ditabung. Hal ini bisa terlihat dari
positifnya kurva S. Sedangkan di sebelah kiri titik M pendapatan lebih kecil
daripada konsumsi, berarti sebagian konsumsi dibiayai bukan dari pendapatan
sendiri, melainkan dari sumber lain misalnya hutang atau subsidi pemerintah,
atau mengambil dari tabungan masa lalu, sehingga seperti dapat dilihat
disebelah kiri titik M, tabungan berada di nilai negatif (-).
Setiap tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah
konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi
tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marginal (Marginal Prospensity to Saving – MPS ).
Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut
kecenderungan menabung rata-rata (Average
Prospensity to Save – APS).
Jika setiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai tambahan
konsumsi dan tabungan, maka:
∆Yd = ∆C + ∆S……………..jika
kedua sisi persamaan kita bagi dengan ∆Yd maka:
1 = MPC +
MPS atau
MPS = 1 – MPC
Pada saat pendapatan disposabel rendah, setiap unit tambahan pendapatan
sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Niai MPC mendekati satu. Nilai MPS
mendekati nol. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di negara-negara miskin
kemampuan menabungnya sangat rendah, sehingga ketika mereka membutuhkan
investasi mereka meminjam dari luar negeri. Umumnya dana pinjaman tersebut
berasal dari negara-negara kaya, yang nilai MPC-nya sudah makin kecil sementara
MPS makin besar.
3. Teori dan Fungsi Investasi
Teori ekonomi klasik berpendapat
bahwa investasi terikat pada satu faktor penentu yaitu, tingkat bunga. Semakin
tinggi tingkat bunga, maka semakin rendah investasi, dan sebaliknya. Keynes
mengemukakan teori yang berbeda dengan mempertimbangkan Marginal Efficiency of
Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of Invest (MEI).
Ø MarginalEfficiency
of Capital (MEC) adalah tingkat pengembalian yang di
harapkan (expected rate of return) dari setiap tambahan barang modal pada
satu kurun waktu tertentu. Keynes menyatakan bahwa Marginal Efficiency of
Capital adalah sama dengan tingkat diskonto dari nilai sekarang (present value)
atas rangkaian pembayaran anuitas yang dihasilkan oleh return yang diharapkan
dari modal. MEC ( Marginal Efficiency of Capital ) adalah suatu kurva yang
menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan ( Expected Rate of Return )
dari setiap tambahan barang modal. Pada praktek perhitungan dalam biaya modal,
MEC ini disebut atau dikenal sebagai Internal Rate of Return, dimana tingkat
pengembalian saat ini ketika PV = 0.
Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi,
MEC secara nasional dapat diturunkan dengan menjumlahkan secara horizontal
kurva-kurva MEC dari perusahaan –perusahaan yang ada dalam perekonomian.
Misalnya seperti tertera di bawah ini;
Tetapi ada beberapa ekonom yang tidak sependapat
dengan cara penurunan kurva MEC di atas. Salah satu kelemahan cara penurunan
kurva MEC seperti diatas. Salah satu kelemahan cara penurunan di atas adalah
harga barang modal (tingkat bunga) diasumsikan tetap. Padahal jika permintaan
akan barang modal secara nasional meningkat, logikanya tingkat bunga akan naik.
Akibatnya kenaikan permintaan akan investasi tidak sebesar yang digambarkan
kurva MEC. Kurva yang lebih relevan untuk menjelaskan hal di atas adalah kurva
Marginal Efficiency of Investment (MEI) atau Efisiensi Investasi Marginal
(EIM). Kurva ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat
investasi dalam suatu perekonomian, dengan memperhitungkan perubahan harga
barang modal.
MEC akan sama besar dengan MEI pada tingkat bunga
tertentu, di mana pembelian barang modal hanya untuk menggantikan barang modal
yang sudah rusak dan tidak dapat dipakai lagi. Dalam diagram dibawah ini,
kondisi tersebut dimisalkan terjadi pada tingkat bunga 30% persen per tahun.
Jika tingkat bunga pinjaman turun menjadi 20%, maka permintaan akan investasi
total, dengan asumsi masing-masing perusahaan berpikir bahwa perusahaan yang
lain tidak akan menambah barang modal, adalah I2. Tetapi karena
semua perusahaan ingin meningkatkan stok barang modal, maka harga barang modal
naik. Kenaikan harga barang modal menyebabkan ada rencana investasi yang harus
dibatalkan karena tidak layak lagi. Akhirnya tingkat investasi yang sebenarnya
hanya sejumlah I1.
Ø Marginal
Efficiency Investment
(MEI) adalah suatu kurva yang menunjukan hubungan di antara
tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan diinvestasikan. Kurva MEI
menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi dalam suatu
perekonomian, dengan memperhitungkan perubahan harga barang modal.
Pendapataan yang diterima dari kegiatan menanam modal
biasanya akan diterima dalam beberapa tahun. mungkin dalam dua tahun pertama
keuntungan belu diperoleh, dan baru menginjak tahun ketiga hasil penjualan
melebihi pengeluaran. Seterusnya, walaupun keuntungan dalam tahun ketiga adalah
sama dengan tahun keenam (misalnya jumlahnya adalah seratus juta rupiah), dari
segi pandangan perusahaan nilai keuntungan sebenarnya adalah berbeda.
Keuntungan di tahun ketiga adalah lebih bernilai dari keuntungan di tahun
keenam, oleh karena nilai sekarang dari keuntungan tersebut berbeda.
Di dalam suatu waktu tertentu, misalnya dalam tempo
setahun, dalam perekonomian akan terdapat banyak individu dan perusahaan yang
mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Berbagai proyek investasi ini
mempunyai tingkat pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebagian dari proyek
ada yang menghasilkan keuntungan tinggi dan ada yang tidak terlalu tinggi.
Berdasarkan kepada jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian
modal yang diramalkan akan diperoleh inilah terbentuk konsep Marginal
Efficiency of Investment (MEI).
Gambar grafik kurva MEI diatas menunjukkan kurva
efisiensi investasi marjinal (MEI). Sumbu tegak menunjukkan tingkat
pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan
dilakukan. Pada kurva MEI ditunjukkan tiga buah titik: A, B, dan C. Titik A
menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal (Return) adalah R0 dan investasi
adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian dapat
dilakukan kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal
sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk ewujudkan investasi
tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C
juga memberi gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujud kesempatan untuk
menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih
tinggidan modal yang diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan
untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2
atau lebih tinggi, diperlukan modal sebanyak I2.
Selain MEI, investor harus pula mengetahui dan
mempertimbangkan suku bunga dan menganalisanya bersama dengan MEI untuk
menentukan keputusan investasi. Apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat
pengembalian modal, investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh sebab
itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan. Kegiatan
investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih
besar atau sama dengan suku bunga. Grafik dibawah menunjukkan hubungan MEI
dengan tingkat bunga. pada suku bunga sebesar r0 terdapat investasi
bernilai I0 yang mempunyai tingkat pengembalian sebesar r0
atau lebih. Maka pada suku bunga sebanyak r0, investgasi yang akan
dilakukan adalah I0. Apabila suku bunga adalah r1
diperlukan modal seb anyak I1.
Dalam analisis makroekonomi,
investasi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
a)
Investasi Tetap / Otonom (Outonomous Investment)
Yaitu investasi yang tidak tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat pendapatan maupun bunga suatu perekonomian. Termasuk dalam
investasi otonom adalah investasi yang dilakukan pemerintah dalam pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan dan sarana prasarana lain. Begitu pula
investasi yang dilakukan pemerintah maupun swasta dalam hal penelitian dan
pengembangan. Investasi ini penting untuk kelangsungan hidup suatu perekonomian
dimana pada saat bunga dan pendapatan mungkin tidak kondusif, investasi dapat
tetap terjadi dan perekonomian terus berjalan.
b)
Investasi Terpengaruh (Induced Investment)
Yaitu investasi yang tergantung atau berbanding lurus
dengan tingkat pendapatan dari suatu perekonomian. Dapat dikatakan pula bahwa
investasi ini merupakan fungsi linear dari pendapatan nasional.
Menurut Keynes, yang mempengaruhi
besarnya investasi adalah tingkat pendapatan:
I = I0 – αY
I =
investasi
I0 = Investasi otonom
α = Marginal Prospnsity to Invest = ∆I/∆Y
Y = Tingkat pendapatan
I0 = Investasi otonom
α = Marginal Prospnsity to Invest = ∆I/∆Y
Y = Tingkat pendapatan
PERBEDAAN
PANDANGAN KEYNES DAN KAUM KLASIK MENGENAI TABUNGAN DAN INVESTASI
·
Pendapatan Absolut atas Tabungan dan Investasi
Keynes tidak setuju dengan kaum klasik yang
beranggapan bahwa tingkat tabungan sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga. Ia
berpendapat bahwa besar kecilnya tingkat tabungan juga ditentukan oleh besar
kecilnya tingkat pendapatan dan kecenderungan menabung. Hal itu secara teknis
dapat dijabarkan sebagai berikut:
— Pada kondisi pertama diasumsikan masyarakat
memiliki uang sebanyak Rp 100.000 dengan tingkat suku bunga sebesar20% p.a.
Masyarakat tersebut akan menabungkan uangnya sebesar Rp 40.000.-
— Kemudian suku bunga naik menjadi 40% p.a maka
dengan harapan mendapatkan keuntungan masyarakat mengurangikonsumsinya sebesar
Rp 20.000,- sehingga uang yang ditabung menjadi sebesar Rp 60.000
— Kondisi berikutnya suku bunga naik menjadi 70%
p.a. dengan uang sebesar Rp 100.000 apakah ingin mendapatkankeuntungan yang
besar maka masyarakat meniadakan konsumsinya sehingga uang yang ditabung
sebesar Rp 100.000,-
— Bila seandainya suku
bunga naik menjadi 100% dengan pendapatan tetap Rp
100.000,- apakah masyarakat dapat
menabung uangnya menjadi 150.000?
menabung uangnya menjadi 150.000?
— Apabila tidak ada peningkatan pendapatan
disposabel maka tabungan juga tidak akan meningkat meskipun tingkat bungaterus
meningkat.
·
Tingkat Upah dan Pengangguran
__ Pertama, Kaum Ekonomi Klasik menyatakan bahwa tingkat upah flexibel
terhadap permintaan dan penawaran tenaga kerja, sehingga pada kondisi tertentu
tidak akan ada pengangguran. Jadi upah akan turun apabila jumlah penawaran
tenaga kerja naik dan upah turun apabila permintaan tenaga kerja turun. Menurut
Keynes, dengan makin terorganisirnya kaum buruh dan pekerja serta semakin
kuatnya persatuan tersebut membuat perusahaan tidak lagi dapat dengan mudah
merubah tingkat upah.
__ Kedua, penggunaan asumsi ceteris paribus dalam menganalisa tingkat
pengangguran yang digunakan oleh kaum klasik adalah tidak layak. Hal itu
disebabkan karena pada dasarnya tingkat pengangguran adalah satu kejadian yang
tidak terlepas dari tingkat perekonomian suatu negara, tingkat inflasi dan lain
sebagainya.
__ Ketiga, mengenai hubungan linier permintaan-penawaran tenaga kerja dan
tingkat upah. Keynes berpendapat bahwa jika upah turun, maka tingkat pendapatan
akan turun, dan selanjutnya adalah daya beli akan turun sehingga pengeluaran
masyarakat semakin berkurang. Bila pengeluaran masyarakat berkuran, maka
kelebihan kapasitas produksi yang menghasilkan barang untuk dijual tidak akan
bisa diserap pasar. Hal ini selanjutnya akan merugikan perusahaan dan
perusahaan akan melakukan perampingan dengan memberhentikan karyawannya
sehingga tingkat full employment tidak bisa terjadi.
·
Fleksibilitas
Harga Barang
Salah satu alasan harga tidak segera menyesuaikan
dalam jangkapendek adalah adanya biaya penyesuaian harga. Untuk mengubahharga,
perusahaan mungkin perlu mengirim daftar harga baru pada konsumen. Biaya
penyesuaian harga ini disebut biaya menu (menu costs). Ketika perusahaan
mengurangi harganya, ia mengurangi secara marjinal tingkat harga keseluruhan,
menaikkan keseimbangan riil. Dampak makroekonomi dari suatu penyesuaian harga
perusahaan pada permintaan akan produk perusahaan lain disebut eksternalitas
permintaan agregat (aggregate-demand externality).
·
Resesi Sebagai Akibat
dari Kegagalan Koordinasi
Resesi adalah menurunnya kemampuan ekonomi dan
menurunnya tingkat keuntungan produsen dalam skala makro. Secara teoritis
menurut mashab ini perekonomian akan selalu mengalami kondisi perbaikan apabila
koordinasi antara pengambil keputususan dapat terjalin baik. Karena itu Keynes
menekankan perlunya ketegasan dan campur tangan pemerintah dalam mengatur
perekonomian terutama menyangkut tingkat harga barang tertentu dan upah
nasional dan regional.
Sebagian ekonom Keynesian baru menyatakan resesi berasal dari kegagalan
koordinasi di antara pembuat keputusan. Kegagalan koordinasi dapat muncul dalam
penetapan upah dan harga, karena yang menetapkannya harus mengantisipasi
tindakan pembuat upah dan harga yang lain. Moral dari cerita ini adalah harga
bisa kaku karena orang mengharapkannya demikian, meskipun tak ada yang
menginginkannya.
·
Staggering (Kejutan) Terhadap Upah dan Harga
Supaya tidak terjadi kolusi antara beberapa perusahaan
besar dalam penentuan harga suatu produk, perlu adanya kejutan terhadap upah
dan harga oleh otoritas yang berwenang, atau satu atau dua perusahaan yang
menguasai pangsa pasar terbesar atau gabungan dari beberapa perusahaan yang
produknya menguasai pasar, dengan tujuan yang baik. Pemerintah berhak mengubah
tingkat suku bunga, upah minimum dan tarif serta harga BBM pada saat
diperlukan.
Fungsi konsumsi, tabungan dan investasi merupakan fungsi dan teori yang ada
dalam perekonomian dua sektor. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dengan soal
perhitungan.
4. Fungsi
Pendapatan
·
Fungsi Pendapatan
Komponen pendukung :
Y = pendapatan
C = konsumsi
S = tabungan
I = investasi
Komponen pendukung :
Y = pendapatan
C = konsumsi
S = tabungan
I = investasi
·
Fungsi Pendapatan
Y = C + S
Y = C + S
·
Jika tabungan (saving = S) digunakan seluruhnya untuk investasi, maka
S=1, sehingga :
Y = C + 1
Y = C + 1
·
Fungsi konsumsi
C = a + bY
supaya mudah diingat rumusnya, pakai saja singkatan : C a b y
C = a + bY
supaya mudah diingat rumusnya, pakai saja singkatan : C a b y
·
Fungsi tabungan
S = -a + (1-b)Y
supaya mudah diingat rumusnya, pakai saja singkatan : S a i b y
S = -a + (1-b)Y
supaya mudah diingat rumusnya, pakai saja singkatan : S a i b y
- Sejaran Pendapatan Nasional
Konsep pendapatan nasional
pertama kali dicetuskan oleh Sir
William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir
pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam
perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut
tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu
ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan
pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan
perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP),
yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara
yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.
- Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu
negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya
selama satu tahun.
- Konsep Pendapatan NasionalBerikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional
Produk Domestik
Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross
Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara
(domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan
termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah
yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
·
Pertumbuhan GDP
Peningkatan/
pertumbuhan GDP à Tingkat pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan GDP, karena:
--Perubahan
ketersediaan resources
--Peningkatan produktifitasà efisiensi
--Peningkatan produktifitasà efisiensi
1)
Total nilai dari aliran produk akhir
Total biaya atau penghasilan input yang digunakan untuk
memproduksi output
Karena profit merupakan konsep residu, maka kedua
cara tersebut menghasilkan total GDP yang sama.
2)
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh
penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri,
tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di
wilayah negara tersebut.
3)
Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net
National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang
modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian
barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses
produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat
menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
4)
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan
Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung
menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik
faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud
pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak
lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
5)
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah
jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan
perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer
payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa
produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun
lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk
mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak
laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba
yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk
beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran
pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan
dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi
bekerja).
6)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan
(Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna
membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang
disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal
income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax)
adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya
harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nasional
1)
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukkan
hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai
dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan
barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai
tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara
keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
Konsumsi merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi pendapatan nasional Jika terjadi perubahan permintaan
atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan
perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat
kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat
cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan
nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan
pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan
menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.
2)
Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh
barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari
pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan,
dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat
Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang
membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan
pendapatan.
3)
Investasi
Pengeluaran
untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.
- Perhitungan Pendapatan Negara
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga
pendekatan, yaitu:
·
Pendekatan pendapatan, dengan cara
menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima
rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai
imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
- Rumus
Pendekatan pendapatan : Y = R + W + I + P
R = rent = sewa
W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba
R = rent = sewa
W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba
·
Pendekatan produksi, dengan cara
menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama
satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah
nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang
setengah jadi).
-
Rumus Pendekatan produksi : Y = Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +…..(PXQ)n
P = harga
Q = kuantitas
P = harga
Q = kuantitas
·
Pendekatan
pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli
barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode
tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung
pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu:
Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran
investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor
()
-
Pendekatan Pengeluaran : Y = C + I + G + (X-M)
C = konsumsi masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor
- Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin
C = konsumsi masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor
- Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin
Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?
jawab :
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%
Pada hakekatnya sistem tersebut adalah suatu cara pengumpulan informasi mengenai perhitungan:
--Nilai barang-barang dan jasa
yang diproduksikan dalam suatu negara.
--Nilai berbagai jenis
pengeluaran ke atas produk nasional yang diciptakan.
Jumlah pendapatan yang diterima
oleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menciptakan produksi
nasional tersebut.
Untuk menghitung nilai barang dan
jasa yang diciptakan oleh suatu perekonomian tiga cara perhitungan dapat
digunakan, yaitu:
·
Cara pengeluaran
Dengan
cara ini pendapatan nasional dihitung dengan jumlah
pengeluaran ke atas barang dan jasa yang diproduksikan dalam negara tersebut.
·
Cara produksi atau cara produk neto
Dengan
cara ini pendapatan nasional dihitung dengan
menjumlahkan nilai produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai
sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian.
·
Cara pendapatan
Dalam perhitungan ini pendapatan
nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.
f. Pendekatan dalam perhitungan pendapatan nasional (Y)
Ada 3 pendekatan untuk mengetahui besarnya
pendapatan nasional, yaitu:
·
Pendekatan produksi atau pendekatan
nilai tambah atau value added approach.
·
Pendekatan pendapatan atau income
approach atau earning approach.
·
Pendekatan pengeluaran atau expenditure
approach. GNP (Gross National Product) atau PNB (Produk Nasional
Bruto) didefinisikan sebagai nilai pasar untuk semua barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dalam suatu perekonomian selama satu tahun.
1)
Perhitungan pendapatan nasional (Y)
a)
Perhitungan pendapatan nasional dengan
pendekatan dua sektor
Perhitungan pendapatan
keseimbangan 2 sektor terdiri dari variabel konsumsi (C) dan investasi(I).
Y = C + I
è (C = a + by)
Y = (a + by) + I
Y = a + by + I
Y – by = a + I
(1 – b)Y = a + I
Y = a + I
1 – b
Contoh soal:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah)
fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka besarnya
pendapatan nasional dengan pendekatan 2 sektor adalah sebagai berikut.
Jawab:
Y = a + I
1 – b
= 20 + 10
1– 0,75
= 30
0,25
= 120 milyar rupiah
b)
Perhitungan pendapatan nasional dengan
pendekatab tiga sektor
Perhitungan pendapatan
keseimbangan 3 sektor terdiri dari variabel konsumsi (C) investasi (I),
pengeluaran pemerintah (G), pajak (TX) dan pembayaran transfer (Tr).
Y = C + I + G
è (C = a + byd)
Y = a + b (y – Tx +Tr) + I + G
Y = a + by – bTx + bTr + I + G
Y – by = a – bTx + bTr + I + G
(1 – b) Y = a – bTx + bTr + I + G
Y = a – bTx + bTr + I + G
1 – b
Contoh soal :
Dimisalkan (dalam milyar rupiah)
fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y. Besarnya investasi (I) = 10, pengeluaran
pemerintah (G) = 8, pajak (TX) = 6 dan pembayaran transfer (Tr) = 5,
maka besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan 3 sektor adalah sebagai
berikut.
Jawab :
Y = a – bTx + bTr + I + G
1 – b
= 20 – 0,75(6) + 0,75(5) + 10+ 8
1 – 0,75
= 149 milyar rupiah
Y = a – bTx + bTr + I + G
1 – b
= 20 – 0,75(6) + 0,75(5) + 10+ 8
1 – 0,75
= 149 milyar rupiah
c)
Perhitungan pendekatan nasional dengan pendekatan
empat sektor
Perhitungan pendapatan keseimbangan 3 sektor terdiri dari variabel konsumsi (C) investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), pajak (TX) pembayaran transfer (Tr), ekspor (X) dan impor (M).
Y = C + I + G (X – M)
è (C = a + bYd => Yd = Y – Tx + Tr)
Y = a + b (Y – Tx + Tr) + I + G + (X – M)
Y = a + bY – bTx + bTr + I + G + (X– M)
Y – bY = a – bTx + bTr + I + G + (X– M)
(1 – b) Y = a – bTx + bTr + I + G + (X– M)
Y = a – bTx + bTr + I + G + (X – M)
1 – b
Contoh soal :
Dimisalkan (dalam milyar rupiah)
fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y. Besarnya investasi (I) = 10, pengeluaran
pemerintah (G) = 8, pajak (TX) = 6, pembayaran transfer (Tr) = 5,
ekspor (X) = 4 dan impor (M) = 3, maka besarnya pendapatan nasional dengan
pendekatan 3 sektor adalah sebagai berikut.
Jawab:
Y = a – bTx + bTr + I + G + (X – M)
1 – b
= 20 – 0,75(6) + 0,75(5) + 10+ 8 + (4-3)
1 – 0,75
= 153 milyar rupiah
2)
Perhitungan angka pengganda (K)
Uraian mengenai proses multiplier
dengan menggunakan contoh angka dapat menerangkan bagaimana proses tersebut
wujud, tetapi tidak menerangkan secara jelas bagaimana menentukan besarnya
nilai multiplier. Penghitungan nilai multiplier dapat dengan
lebih mudah dilakukan dengan menggunakan aljabar.
Dalam perekonomian tiga sektor,
perubahan perbelanjaan agregat bukan saja diakibatkan oleh perubahan dalam
investasi, tetapi juga oleh pajak dan pengeluran pemerintah. Besarnya nilai multiplier
dari perubahan berbagai faktor tersebut akan diterangkan dalam uraian berikut
ini.
Empat jenis multiplier akan ditentukan besarnya, yaitu: multiplier investasi, pengeluaran pemerintah, pajak dan anggaran belanja seimbang. Penghitungan nilai multiplier yang akan diterangkan menggunakan pemisalan-pemisalan di bawah ini:
Empat jenis multiplier akan ditentukan besarnya, yaitu: multiplier investasi, pengeluaran pemerintah, pajak dan anggaran belanja seimbang. Penghitungan nilai multiplier yang akan diterangkan menggunakan pemisalan-pemisalan di bawah ini:
- Fungsi konsumsi adalah C = a + bYd.
Dua bentuk sistem pajak akan
digunakan. Dalam contoh yang pertama pajaknya adalah pajak tetap, yaitu T = Tx,
sedangkan dalam contoh kedua pajaknya adalah pajak proporsional, yaitu: T = tY.
- Fungsi investasi yang asal adalah I dan fungsi pengeluaran pemerintah yang asal adalah G.
Ysekarang
= Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
∆Y = K . ∆I
Dimana K adalah angka pengganda.
∆Y = K . ∆I
Dimana K adalah angka pengganda.
(Penerapan
Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)
•Yang dimaksud
fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan
masyarakat suatu negara secara keseluruhan atau yang dihasilkan suatu Negara
dalam jangka waktu tertentu.
•Fungsi Pendapatan Nasional dirumuskan sebagai
penjumlahan dari fungsi konsumsi (C= Consumption) dan Fungsi Tabungan (S=
Saving)
•Formula fungsi Pendapatan Nasional: Konsumsi +
Tabungan Atau Y = C + S
•Fungsi Konsumsi dan fungsi tabungan berbanding
lurus dengan pendapatan nasional, artinya bila fungsi pendapatan semakin besar
maka konsumsi dan tabungan juga semakin besar dan sebaliknya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø
Pengertian Fungsi Linier
Fungsi Linier adalah fungsi Polinom
yang variabel bebasnya memiliki pangkat paling tinggi adalah satu. Dikatakan
fungsi linier apabila variabel X dan Y dalam persamaan tersebut mempunya
pangkat satu (sehingga X1=X dan Y1=Y).
Ø cara membuat kurva liner antara
lain:
a.
Dengan
cara sederhana (curve traicing process)
b. Dengan cara matematis (menggunakan
ciri-ciri yang penting)
Ø
Bentuk Kurva Suatu Fungsi
a. Jika b bernilai positif : fungsi linier digambarkan
garis dari kiri bawah ke kanan atas
b. Jika b bernilai negatif : fungsi linier digambarkan
garis dari kiri atas ke kanan bawah
c. Jika b bernilai nol : digambarkan garis yg sejajar
dengan sumbu datar x
Ø Gradien
dan Persamaan garis lurus
Gradien
adalah koefisien yang menentukan arah garis fungsi linier, biasanya
koefisien ini melekat pada variabel X (sisi vertikal)/(sisi horizontal).
1) Dua garis lurus yang sejajar
2) Dua garis lurus yang berhimpit
3) Dua garis lurus yang berpotongan
4) Dua garis lurus yang tegak lurus
Ø Penerapan Fungsi Linier Pada Fungsi Permintaan
(Demand Function)
Fungsi Permintaan menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta oleh konsumen dengan anggapan bahwa faktor-faktor lain tetap (ceteris paribus), yaitu selera tetap, pendapatan tetap dan harga barang-barang lain tetap, maka ini menandakan bahwa apabila harga turun jumlah barang yang diminta oleh konsumen naik, demikian pula sebaliknya.
Ø
Penerapan Fungsi Linier Pada Fungsi Penawaran
(Supply Function)
Fungsi Penawaran menunjukkan hubungan antara harga
dengan jumlah barang yang ditawarkan kepada konsumen, dengan anggapan
faktor-faktor lain tetap (ceteris paribus). Maka apabila tingkat harga
meningkat, jumlah barang yang ditawarkan bertambah, demikian pula sebaliknya.
Ø
Penerapan Fungsi Linier Pada Market Equilibrium
(Keseimbangan Pasar)
Pasar suatu jenis barang dikatakan berada dalam
keseimbangan apabila jumlah barang yang diminta dipasar tersebut sama dengan
jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan grafik hal ini ditunjukkan
oleh persamaan :
FS =
FD
( Fungsi Penawaran
= Fungsi Permintaan)
Ø
Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar
Jika
produk dikenakan pajak t per unit, maka akan terjadi perubahan keseimbangan
pasar atas produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan. Biasanya
tanggungan pajak sebagian dikenakan kepada konsumen sehingga harga produk akan
naik dan jumlah barang yang diminta akan berkurang. Keseimbangan pasar sebelum
dan sesudah kena pajak dapat digambarkan sebagai berikut.
Ø Pengaruh Subsidi terhadap
Keseimbangan Pasar
Subsidi yang diberikan
atas produksi/penjualan suatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut
menjadi lebih rendah.
Jika produk dikenakan subsidi s per
unit, maka akan terjadi penurunan harga produk sehingga keseimbangan pasar atas
produk tersebut juga akan bergeser. Jika sebelum pajak persamaan penawarannya P
= a + bQ, maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a + bQ – s
Ø
Keseimbangan pasar dua macam Produk :
1. Formulasi untuk fungsi permintaan
dapat ditulis sebagai berikut
Qdx = a0 – a1
Px + a2 Py
Qdy = b0 + b1 Px
+ b2 Py
2. Formulasi untuk fungsi peanawaran
dapat ditulis sebagai berikut
Qsx = – m0 + m1
Px + m2 Py
Qsy = – n0 + n1
Px + n2 Py
Ø
Fungsi Biaya
Biaya total (total cost) yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan dalam operasi bisnisnya terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan
biaya variabel (variabel cost). Sifat biaya tetap adalah tidak tergantung pada
jumlah barang yang dihasilkan, biaya tetap merupakan sebuah konstanta.
Sedangkan biaya variabel tergantung pada jumlah barang yang dihasilkan. Semakin
banyak jumlah barang yang dihasilkan semakin besar pula biaya variabelnya.
Secara matematik, biaya variabel merupakan fungsi dari jumlah barang yang
dihasilkan.
FC = k
VC = f(Q) = vQ
C = g (Q) = FC + VC = k + vQ
Ø
Fungsi Penerimaan
Penerimaan total (total revenue) adalah hasil kali
jumlah barang yang terjual dengan harga jual per unit barang tersebut.
R = Q x P = f (Q)
Ø
Analisis
Pulang Pokok (Keuntungan)
Analisis Pulang Pokok (break-even) yaitu suatu konsep
yang digunakan untuk menganalisis jumlah minimum produk yang harus dihasilkan
atau terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Keadaan pulang pokok
(profit nol, π = 0 ) terjadi apabila R = C ; perusahaan tidak memperoleh
keuntungan tetapi tidak pula menderita kerugian. Secara grafik hal ini ditunjukkan
oleh perpotongan antara kurva R dan kurva C.
Ø
Fungsi Konsumsi
TEORI Konsumsi Keynes
dikenal dengan Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypotesis) yang pada intinya menjelaskan bahwa
konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh
tingkat pendapatan, kalaupun ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut
Keynes kesemuanya itu tidak berarti apa-apa dan sangat tidak menentukan.
Ø
Fungsi Tabungan
Fungsi tabungan adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara tabungan dan
pendapatan. TABUNGAN dalam ilmu Ekonomi Makro didefinisikan sebagai bagian dari
pendapatan disposabel yang disimpan karena tidak habis digunakan untuk
konsumsi. Tabungan dalam lingkup luas merupakan bagian dari pada pendapatan
nasional per tahun yang tidak digunakan untuk konsumsi
Ø
Teori dan Fungsi Investasi
Teori ekonomi
klasik berpendapat bahwa investasi terikat pada satu faktor penentu yaitu,
tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin rendah investasi, dan
sebaliknya
Ø Fungsi Pendapatan
(Penerapan
Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)
•Yang dimaksud
fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan
masyarakat suatu negara secara keseluruhan atau yang dihasilkan suatu Negara
dalam jangka waktu tertentu.
•Fungsi Pendapatan Nasional dirumuskan sebagai
penjumlahan dari fungsi konsumsi (C= Consumption) dan Fungsi Tabungan (S=
Saving)
•Formula fungsi Pendapatan Nasional: Konsumsi +
Tabungan Atau Y = C + S
•Fungsi Konsumsi dan fungsi tabungan berbanding
lurus dengan pendapatan nasional, artinya bila fungsi pendapatan semakin besar
maka konsumsi dan tabungan juga semakin besar dan sebaliknya
B.
Kritik dan Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Matematika/0389%20Mat%201-6e.htm
http://blog.ub.ac.id/suheblog/2010/03/29/fungsi-linear/
http://asimtot.wordpress.com/2010/05/03/persamaan-linear-dan-fungsi-linear/
http://blog.ub.ac.id/suheblog/2010/03/29/fungsi-linear/
http://asimtot.wordpress.com/2010/05/03/persamaan-linear-dan-fungsi-linear/
Kalangi, Josep Bintang.
2015. Matematika Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Dumairy.2000.Matematika untuk
terapan bisnis dan ekonomi. Yogyakarta :BPFE
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:d2WtSbqVlzIJ:aisriska.files.wordpress.com/2007/02/fungsi.doc+fungsi+biaya&hl=id&gl=id
http://cahyosman4lahat.blogspot.com/2011/02/fungsi-biaya-dan-penerimaan.html
http://images.twnugroho.multiply.multiplycontent.com
Arifin, I. 2009. Membuka Cakrawala Ekonomi 1 : Untuk
Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 170.
Dani Iskandar, dkk, 2016,
Matematika Ekonomi dan Bisnis,
Mitra Wacana Media, Jakarta.
Muhammad Djafar Saidi, 2007,
Pembaharuan Hukum Pajak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sri Endang Rahayu, dkk, 2015,
Pengantar Ekonomi Mikro, Perdana Publishing, Medan.
Waluyo, 2009, Perpajakan
Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
rosihan.lecture.ub.ac.id/files/…/makro_04_pendapatannasional.ppt3232
elearning.upnjatim.ac.id/courses/TEORIEKONOMI/…/BAB_IX
Pratama Raharja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi
makro, FE Universitas Indonesia
http://amanpagum.blogspot.co.id/2013/10/pendapatan-equilibrium_15.html
Komentar